Selasa, 29 Desember 2009

SAVING PRIVATE RYAN


Saving Private Ryan adalah sebuah film Amerika Serikat bergenre sejarah-perang tahun 1998 yang bertemakan peperangan di saat invansi Normandia pada Perang Dunia II. Film ini disutradarai oleh Steven Spielberg dan skenario ditulis oleh Robert Rodat. Film ini dibintangi oleh Tom Hanks, Tom Sizemore, Edward Burns, Barry Pepper, Vin Diesel, Giovanni Ribisi, Adam Goldberg, Jeremy Davies, dan Matt Damon. Film ini mengisahkan petualangan Kapten John H. Miller dalam usaha penyelamatan seorang prajurit bernama Ryan yang kehilangan ke-3 saudaranya dalam perang dan diperintahkan untuk kembali ke Amerika Serikat oleh departemen peperangan Amerika Seikat.

Film dimulai saat veteran perang dunia 2 (Harrison Young) dan keluarganya berziarah ke Taman Makam Pahlawan Normandia-Amerika, Colleville-sur-mer, Perancis. Veteran tersebut lalu jatuh berlutut dan menangis di depan sebuah makam. Pada saat itu, scene film berganti menjadi ketika awal dilakukannya Invasi Normandia. Satu di antara pemimpin invasi, Kapten John H. Miller (Tom Hanks) memimpin pasukannya memembus perbatasan milik Jerman di Pantai Omaha, Normandia.

Sementara, di Amerika Serikat, jenderal George Marshall mengetahui bahwa 3 dari 4 Ryan bersaudara telah terbunuh, maka, agar Ryan bungsu / perwira James Francis Ryan (Matt Damon) tidak mengalami hal serupa dan dapat dikembalikan kepada ibunya, George Marshall memerintahkan agar suatu pasukan dapat mengembalikan pulang Ryan dengan selamat.

Di Perancis, Miller menerima perintah tersebut melalui komandan batalionnya, letkol Walter Anderson (Dennis Farina). Ia pun memilih anggota pasukannya, dan terpilihlah 6 orang (Tom Sizemore, Edward Burns, Barry Pepper, Giovanni Ribisi, Vin Diesel, dan Adam Goldberg) untuk ikut dalam misinya, serta seorang kartografer militer, Timothy E. Upham (Jeremy Davies), sebagai penerjemah bahasa setempat (meski ia jarang menggunakan senapannya).

Dengan tidak adanya informasi apapun di mana Ryan berada, pasukan Miller pun pergi ke Neuville. Di situ, salah seorang anggota mereka, Caparzo (Vin Diesel) tewas tertembak seorang sniper Jerman. Mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan perwira James Frederick Ryan (Nathan Fillion) yang ternyata salah orang. Pasukan Miller diberi tahu bahwa titik pendaratan pasukan penerjun yang sekelompok dengan Ryan mendarat di Vierville, dan mereka menuju Vierville.

Beruntung, salah seorang prajurit penerjun yang sekelompok dengan Ryan berada di Vierville, dan ia mengatakan bahwa semua anggota prajurit penerjun terpencar, namun mereka memiliki rally point di Ramelle. Pasukan Miller lalu menuju Ramelle, namun harus melewati kamp Jerman yang menggunakan radar tak terpakai (rusak) sebagai bangunan kamp. Mau tak mau, mereka harus berlari menembus kamp tersebut. Saat berlari melewati kamp tersebut,mereka berhasil membunuh hampir semua prajurit Jerman, namun salah seorang anggota pasukan Miller, Technician Fourth Grade Irwin Wade (Giovanni Ribisi) tewas tertembak. Perwira Richard Reiben (Edward Burns) menemukan salah seorang anggota Jerman yang masih hidup (Joerg Stadler) dan memukulinya, menyulut emosi semua anggota pasukan Miller, kecuali Upham yang protes kepada Miller karena tawanan tidak boleh dibunuh. Miller akhirnya melepasnya, dan menyuruhnya agar melangkah sambil ditutup matanya dan menyerah kepada patroli sekutu.

Heran dan kecewa dengan tindakan Miller, Reiben protes dan bertengkar dengan sersan Michael "Mike" Horvath (Tom Sizemore), yang mengancam akan keutuhan tim, Miller menceritakan darimana asalnya dia berasal dan apa pekerjaannya sebelumnya, yaitu seorang guru dan mengajar bahasa Inggris dan baseball di sebuah sekolah kecil di Pennsylvania. Reiben yang tidak menyangka dan terkejut dengan profesi Miller sebelumnya, diam dan mau melanjutkan perjalanan, setelah mengubur jasad Wade.

Pasukan Miller akhirnya sampai di Ramelle, dan menghancurkan sebuah kendaraan pengintai milik Jerman, dibantu oleh sebuah pasukan kecil, termasuk Ryan di dalamnya. Kedua pasukan bergabung dan Miller lalu memberitahu Ryan bahwa kesemua saudaranya tewas, dan perihal mengenai maksud misinya, yaitu membawa Ryan pulang ke Amerika. Ryan awalnya tidak mau meninggalkan pasukannya, namun setelah mendengar perkataan Reiben bahwa ada 2 orang temannya yang tewas karena mencari Ryan (Caparzo dan Wade), Ryan mau menurut.

Namun, basis tempat pasukan Ryan tugas adalah perbatasan wilayah,dan akan ada serangan dari Jerman menuju ke situ, pasukan Miller akhirnya membantu dan bergabung melawan pasukan Jerman yang datang. Karena persenjataan Jerman lebih lengkap (2 buah Tiger tank, beberapa senapan mesin, 1 buah meriam FlaK 38, dan ± 50 orang pasukan), pasukan Amerika terdesak, satu per satu anggota pasukan Miller tewas, dan ketika strategi menghancurkan jembatan perbatasan akan dilakukan, tank Jerman menggagalkannya, Miller tertembak di jembatan oleh "Steamboat Willie", prajurit Jerman yang tidak jadi dibunuh oleh pasukan Miller saat di dekat Ramelle.

Saat tank Tiger hendak melewati jembatan, Miller yang terluka berusaha menembakinya dengan pistol, tapi tidak berhasil. Ketika tank tersebut di tengah jembatan, sebuah unit P-51 Mustang menembak tank tersebut, dan disusul oleh beberapa unit P-51 lainnya serta pasukan tambahan. Upham yang bersembunyi di dekat "Steamboat Willie", muncul secara tiba-tiba dan menembaknya, yang merupakan orang pertama yang dibunuhnya dalam perang. Ryan lalu mendekati Miller yang sekarat, dan mendengar kata-kata terakhirnya sebelum tewas, yaitu "James...earn this, earn it", yang kurang lebih artinya "James...jangan sia-siakan hidupmu".

Lalu, film kembali ke masa saat Ryan tua yang menjadi veteran berziarah ke makam Miller, seraya bertanya kepada istrinya, "Apakah aku sudah menjadi lelaki yang baik ?" dan istrinya menjawab sudah. Ryan lalu berkata kepada makam Miller, bahwa ia sudah menhargai "hidupnya" dan sudah menjadi lelaki yang baik. Ryan lalu hormat kepada makam Miller dan film pun selesai.

Kamis, 24 Desember 2009

War of Position on Asia Pacific Region (I)




Pasca perang dingin, negara-negara Euro-Atlantik mengalami transformasi dalam postur pertahanannya. Transformasi kemiliteran ditandai dengan penyusutan jumlah pasukan dan mempromosikan peace dividend sebagai jalan keluar dari konflik dan ketegangan antar negara. Transformasi kemiliteran berimplikasi terhadap fungsi wajib militer di Euro-Atlantik yang bertujuan membawa misi perdamaian di daerah pasca konflik menjadi wacana dominan. Modernisasi konflik-pun (tidak hanya konflik bersenjata) menuntut militer dilengkapi dengan keterampilan yang lebih civilian seperti negosiasi, layanan kesehatan, dan lain sebagainya.

Bila dilacak secara kritis transformasi kemiliteran dengan modernisasi konflik menyisakan persoalan yang kontradiktif. Negara-negara Euro-Atlantik memang mengurangi jumlah militernya namun di kawasan lain mereka melakukan migrasi pasukan dalam jumlah dan kapasitas besar. Contoh paling menyolok adalah Amerika Serikat yang menempatkan militernya dalam jumlah besar di kawasan Asia Pasific.

Secara geopolitik kawasan Asia Pasific mengalami war of position di antara negara-negara besar yang saling berebut pengaruh. Migrasi gelar pasukan ini mengikuti bangunan modernisasi konflik yang memutasi arena konflik ke daerah periferal. Disinilah kontradiksi interminis dari modernitas terhadap fungsi kemiliteran negara-negara maju mendapat sorotan.

Lalu dimana urgensi posisi Indonesia di Asia Pasifik bila dipotret dari sudut pandang pertahanan nasional, apalagi bidang pertahanan nasional sekarang ini sedang gencar-gencarnya menjalankan transformasi ke arah "demokratik". Transformasi pertahanan nasional secara makro dapat dipandang sebagai suatu program militer di bawah rezim
otoritarian ke aras demokrasi dengan pilar otoritas politik sebagai komando dan proses ini bukan berarti posisi pertahanan nasional kemudian dilemahkan sejalan dengan proses liberalisasi.

Realitas geopolitik negara-negara di Asia Pasific yang menempatkan angkatan Perang secara besar di Asia menjadi perhatian mutlak. Sebut saja Amerika Serikat, China, Rusia, India, Pakistan dan Korea adalah kekuatan perang besar yang beroperasi di kawasan Asia Pasific. Jika merujuk Jepang dalam kebijakan untuk aktifasi kembali angkatan perangnya merupakan respon terhadap war of position di kawasan ini. Indonesia sebagai kawasan yang rawan sebagai permutasian arena konflik dan perperang di antara kekuatan negara-negara besar tentunya tidak hanya akan terkesima dengan realitas di atas. Dinilah kebijakan Strategic Defence Review dan kajian geopolitik di Asia Pasific menjadi urgen untuk tidak lagi fokus terhadap ancaman konflik internal tetapi lebih strategis untuk memandang ancaman dari luar.

Kamis, 03 Desember 2009

USMC War Memorial

The Marine Corps War Memorial stands as a symbol of this grateful Nation's esteem for the honored dead of the US Marine Corps. Korps Marinir War Memorial berdiri sebagai simbol bangsa bersyukur ini penghargaan untuk mati terhormat dari Korps Marinir AS. While the statue depicts one of the most famous incidents of World War II, the memorial is dedicated to all Marines who have given their lives in the defense of the United States since 1775. Sementara patung menggambarkan salah satu insiden yang paling terkenal dari Perang Dunia II, peringatan ini dipersembahkan kepada semua Marinir yang telah memberikan hidup mereka dalam membela Amerika Serikat sejak 1775.

The small island of Iwo Jima lies 660 miles south of Tokyo. Pulau kecil Iwo Jima terletak 660 kilometer sebelah selatan Tokyo. One of its outstanding geographical features is Mount Suribachi, an extinct volcano that forms the narrow southern tip of the island and rises 550 feet to dominate the area. Salah satu fitur geografis yang menonjol adalah Gunung Suribachi, gunung berapi yang telah punah yang membentuk sempit ujung selatan pulau dan naik 550 kaki untuk mendominasi kawasan. By February 1945, US troops had recaptured most of the territory taken by the Japanese in 1941 and 1942; still uncaptured was Iwo Jima, which became a primary objective in American plans to bring the Pacific campaign to a successful conclusion. Pada bulan Februari 1945, pasukan Amerika telah merebut kembali wilayah yang sebagian besar diambil oleh Jepang pada tahun 1941 dan 1942; masih uncaptured itu Iwo Jima, yang menjadi tujuan utama dalam rencana Amerika untuk membawa kampanye Pasifik kesimpulan yang sukses.

On the morning of February 19, 1945, the 4th and 5th Marine Divisions invaded Iwo Jima after a somewhat ineffective bombardment lasting 72 hours. Pada pagi hari tanggal 19 Februari 1945, ke-4 dan ke-5 Divisi Kelautan menyerbu Iwo Jima setelah pemboman yang agak tidak efektif berlangsung 72 jam. The 28th Regiment, 5th Division, was ordered to capture Mount Suribachi. Resimen 28, Divisi ke-5, diperintahkan untuk menangkap Gunung Suribachi. They reached the base of the mountain on the afternoon of February 21, and by nightfall the next day had almost completely surrounded it. Mereka tiba di dasar gunung pada sore hari tanggal 21 Februari, dan dengan malam tiba keesokan harinya sudah hampir sepenuhnya mengelilinginya. On the morning of February 23, Marines of Company E, 2nd Battalion, started the tortuous climb up the rough terrain to the top. Pada pagi hari tanggal 23 Februari Marinir Perusahaan E, 2nd Batalion, mulai yang berliku-liku mendaki medan yang kasar ke atas. At about 10:30 am, men all over the island were thrilled by the sight of a small American flag flying from atop Mount Suribachi. Pada sekitar 10:30 am, laki-laki di seluruh pulau sangat senang dengan melihat sebuah bendera Amerika kecil terbang dari puncak Gunung Suribachi. That afternoon, when the slopes were clear of enemy resistance, a second, larger flag was raised by five Marines and a Navy hospital corpsman: Sgt. Sore itu, ketika lereng jelas dari perlawanan musuh, yang kedua, bendera yang lebih besar dibesarkan oleh lima Marinir dan sebuah rumah sakit Angkatan Laut perawat tentara: Sgt. Michael Strank, Cpl. Michael Strank, Kopral. Harlon H. Block, Pfc. Harlon H. Block, PFC. Franklin R. Sousley, Pfc. Franklin R. Sousley, PFC. Rene A. Gagnon, Pfc. Rene A. Gagnon, PFC. Ira Hayes, and PhM. Ira Hayes, dan PHM. 2/c John H. Bradley, USN. 2 / c John H. Bradley, USN.

News-photographer Joe Rosenthal caught the afternoon flag raising in an inspiring Pulitzer Prize winning photograph. Berita-fotografer Joe Rosenthal menangkap pengibaran bendera sore dalam memenangkan hadiah Pulitzer inspirasi foto. When the picture was later released, sculptor Felix W. de Weldon, then on duty with the US Navy, was so moved by the scene that he constructed a scale model and then a life-size model of it. Ketika gambar itu kemudian dibebaskan, pematung Felix W. de Weldon, kemudian bertugas dengan Angkatan Laut AS, begitu tersentuh oleh adegan yang ia membangun sebuah model dan kemudian skala seukuran model itu. Gagnon, Hayes, and Bradley, the three survivors of the flag raising (the others having been killed in later phases of the Iwo Jima battle), posed for the sculptor who modeled their faces in clay. Gagnon, Hayes, dan Bradley, tiga selamat dari pengibaran bendera (yang lainnya telah tewas di kemudian tahapan pertempuran Iwo Jima), berpose untuk para pematung yang model wajah mereka di tanah liat. All available pictures and physical statistics of the three who had given their lives were collected and then used in the modeling of their faces. Semua tersedia gambar dan statistik fisik tiga orang yang telah memberikan hidup mereka dikumpulkan dan kemudian digunakan dalam pemodelan wajah mereka.

Once the statue was completed in plaster, it was carefully disassembled and trucked to Brooklyn, NY, for casting in bronze. Setelah patung selesai di plester, itu dengan hati-hati dibongkar dan dikirimkan ke Brooklyn, NY, untuk pengecoran perunggu. The casting process, which required the work of experienced artisans, took nearly 3 years. Proses pengecoran, yang membutuhkan karya pengrajin berpengalaman, waktu hampir 3 tahun. After the parts had been cast, cleaned, finished, and chased, they were reassembled into approximately a dozen pieces--the largest weighing more than 20 tons--and brought back to Washington, DC, by a three truck convoy. Setelah bagian-bagian telah dilemparkan, dibersihkan, selesai, dan mengejar, mereka dikumpulkan kembali ke dalam kira-kira selusin keping - terbesar beratnya lebih dari 20 ton - dan dibawa kembali ke Washington, DC, dengan tiga truk konvoi. Here they were bolted and welded together, and the statue was treated with preservatives. Di sini mereka berlari dan dilas bersama-sama, dan patung itu diperlakukan dengan pengawet.

Erection of the memorial, which was designed by Horace W. Peaslee, was begun in September 1954. Pendirian memorial, yang dirancang oleh Horace W. Peaslee, dimulai pada bulan September 1954. It was officially dedicated by President Dwight D. Eisenhower on November 10, 1954, the 179th anniversary of the US Marine Corps. Didedikasikan secara resmi oleh Presiden Dwight D. Eisenhower pada 10 November 1954, 179 ulang tahun Korps Marinir AS.

Memorial Statistics Memorial Statistik

The 32-foot-high figures are shown erecting a 60-foot bronze flagpole from which a cloth flag flies 24 hours a day in accordance with Presidential proclamation of June 12, 1961. 32-kaki-angka tinggi diperlihatkan mendirikan kaki 60 perunggu tiang bendera dari kain bendera yang terbang 24 jam sehari sesuai dengan proklamasi Presiden 12 Juni 1961. They occupy the same positions as in Rosenthal's historic photograph. Mereka menempati posisi yang sama seperti dalam foto bersejarah Rosenthal. Hayes is the figure farthest from the flag staff; Sousley to the right front of Hayes; Strank on Sousley's left; Bradley in front of Sousley; Gagnon in front of Strank; and Block closest to the bottom of the flagstaff. Hayes adalah sosok bendera terjauh dari staf; Sousley ke kanan depan Hayes; Strank di Sousley kiri; Bradley di depan Sousley; Gagnon di depan Strank; dan Blok paling dekat dengan bagian bawah tiang bendera. The figures, placed on a rock slope, rise about 6 feet from a 10-foot base, making the memorial 78 feet high overall. Angka-angka, diletakkan di atas batu lereng, naik sekitar 6 meter dari basis 10-kaki, membuat peringatan secara keseluruhan 78 meter tingginya. The Ml rifle and the carbine carried by two of the figures are 16 and 12 feet long, respectively. The Ml senapan dan karabin dibawa oleh dua dari angka-angka 16 dan 12 kaki panjang, masing-masing. The canteen would hold 32 quarts of water. Kantin akan menyelenggarakan 32 liter air.

The base of the memorial is made of rough Swedish granite. Dasar memorial terbuat dari granit Swedia kasar. Burnished in gold on the granite are the names and dates of every principal Marine Corps engagement since the founding of the Corps, as well as the inscription: "In honor and in memory of the men of the United States Marine Corps who have given their lives to their country since November 10, 1775." Burnished emas pada granit adalah nama dan tanggal dari setiap kepala sekolah keterlibatan Korps Marinir sejak berdirinya Korps, serta tulisan: "Untuk menghormati dan mengenang orang-orang dari Korps Marinir Amerika Serikat yang telah memberikan hidup mereka ke negara mereka sejak November 10, 1775. " Also inscribed on the base is the tribute of Fleet Adm. Chester W. Nimitz to the fighting men on Iwo Jima: "Uncommon Valor was a Common Virtue." Juga tertulis di pangkalan adalah upeti dari Armada Laksamana Chester W. Nimitz untuk para pejuang di Iwo Jima: "Uncommon Valor adalah Virtue common."

The entire cost of the statue and developing the memorial site was $850,000--all donated by US Marines, former Marines, Marine Corps Reservists, friends of the Marine Corps, and members of the Naval Service. Seluruh biaya patung dan mengembangkan situs peringatan $ 850.000 - semuanya disumbangkan oleh Marinir AS, mantan Marinir, Korps Marinir cadangan, teman-teman dari Korps Marinir, dan anggota Angkatan Laut Layanan. No public funds were used for this memorial. Tidak ada dana publik yang digunakan untuk peringatan ini.http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.fokh.org/iwo-jima-flag.jpg&imgrefurl=http://www.fokh.org/franklin_sousley.htm&usg=__RvDaSSxKE0Gl9NeImMh5Wnr7fxA=&h=926&w=1024&sz=92&hl=id&start=40&um=1&itbs=1&tbnid=ZUcDDoJKTU2oTM:&tbnh=136&tbnw=150&prev=/images%3Fq%3Diwo%2Bjima%2Bwar%26ndsp%3D20%26hl%3Did%26lr%3Dlang_id%26sa%3DN%26start%3D20%26um%3D1

Rabu, 02 Desember 2009

US'Big Red One elite forces

Kompi Easy, Kompi paling Legendaris di Big Red One
Ada yang tahu novel 'Band of Brothers' atau game 'Brother in Arms'? Itulah novel atau game yang memuat tentang kisah heroik dan legendaris dari Divisi Lintas Udara 101 terutama Resimen 56 Kompi Easy.

Kompi Easy boleh dibilang adalah pasukan terbaik dalam sejarah peperangan AS. Aksinya yang terkenal dari D-day sampai Battle of Bulge telah menghancurkan moril pasukan Hitler yang paling ditakuti, Waffen SS. Kompi Easy didirikan oleh Kolonel Sobel, perwira yang paling tidak disukail oleh jajaran perwira AS tapi mau tidak mau harus diberi piagam penghormatan karena telah membentuk Kompi Easy. Latihan kompi ini adalah yang terberat di jajaran militer dunia. Komandan kedua kompi ini adalah Letnan Richard Winters. Latihan terberat mereka adalah saat di kamp latihan Curahee yang harus terus berteriak "Hi Ho Silver!"

Sepak terjang mereka yang pertama adalah di D-day yang harus merebut meriam Mersaille pada saat malam hari. Cara mereka merebut 3 meriam sekaligus sekarang dijadikan dasar pelatihan militer. Caranya sangat bagus sekali. Satu kompi melawan Dua kompi. Misi mereka yang berikutnya adalah di Carentaan dimana untuk pertama kalinya Resimen 56 berpartisipasi semua dalam penyerangan tersebut. Misi berikutnya adalah di Belgia dimana mereka berhasil menghancurkan satu batalion Waffen SS sendirian. Tetapi misi berikutnya mereka harus menelan pil pahit atas kekalahannya di Arnhem (Operasi payung terbesar di dunia) dimana perlawanan Waffen SS sangat gigih sekali.

Tiga bulan berikutnya mereka harus melewati hari yang membosankan dan berbahaya yaitu di Bastogne dimana mereka di bom terus-menerus oleh Jerman di hutan. Dalam perang ini mereka kehilangan 8 personilnya. Tetapi saat-saat terakhir saat pembalasan dalam Battle of Bulge mereka menang telak. Selanjutnya mereka menuju ke Austria untuk mengguber istana Hitler. Setelah Perang Eropa berakhir, mereka dikirim ke medan perang Pasifik yang jauh lebih berat yaitu kehilangan setengah anggotanya.

Para veteran Kompi Easy yang masih hidup sampai sekarang menulis buku 'Band of Brothers' dibawah bimbingan Stephen E. Ambrose.`
Diposkan oleh AWL di 18:41 0 komentar
Sekilas Sejarah US/Big Red One
Big Red One (BRO) berdiri pada saat PDI yang nama awalnya bernama Rainbow Division. Yang pertama mengomandani divisi ini adalah Jend. Douglas Mac. Arthur. Pertama kali tampil adalah saat penyerangan ke Ypres. Saat menang perang itu, anggota Rainbow Division menyobek jubah jenderal Jerman yang berwarna merah dan dibagi-bagikan kepada anggota Rainbow Division dan dijahitkan di lengan baju mereka. Pada saat itulah nama mereka resmi berubah menjadi Big Red One.

Pada PDII, sepak terjang BRO yang pertama adalah pada saat Operation Torch melawan Afrika Korps-nya Rommel dan Petain. BRO sukses melibas lawan yang satu ini. Lalu bertolak menuju daratan Italia dalam Operation Husky. Untuk pertama kalinya BRO melengkapi dirinya dengan pasukan terjun payung. Kalau Italla sudah dikuasai, dibawah supreme Commander Jend. Dwight D. Eisenhower, melancarkan invasi terbesar sepanjang peperangan umat manusia, yaitu Operation Overlord atau D-day. Kali ini mereka harus berhadapan lagi dengan Erwin Rommel. D-day berakhir dengan kemenangan sekutu.

Peperangan final mereka adalah pada saat penyerangan ke Jerman menembus Siegefried Lini. Disinilah BRO harus bertempur mati-matian melawan Waffen SS Jerman yang bertempur sangat gigih, yaitu pada saat Battle of Bulge di Ardeness. Walaupun sempat mundur sampai 50 mil jauhnya, BRO dapat menembus Siegefried Lini. Namun BRO tidak kedapatan jatah untuk menyerang Berlin karena yang menyerang Berlin adalah Red Army Rusia.

Setelah PD II berakhir, BRO mendapat jatah menyerang Korea pada saat Battle of Korea. Namun karena perkembangan senjata modern telah berkembang pesat, BRO tidak efisien lagi kerjanya. Makanya sama AS diganti menjadi US Navy SEAL ( SEa Air Land ) yang dapat beroperasi sebagai tentara AD, marinir, AL, dan pasukan terjun payung. US Navy SEAL terus ada sampai sekarang, terutama saat penyerangan ke Irak.
Diposkan oleh AWL di 18:29 0 komentar
Minggu, 11 Januari 2009
S
Aku memutuskan membuat blog ini karena tugas sekolah. Berhubung pengetahuan tentang tentara PDII (Perang Dunia II) masih sedikit, aku akan menyalurkannya melalui blog ini. Namaku adalah Aloysius Wilson Lisan yang sangat menyukai peperangan, panggil saja AWL! Aku sangat menyukai peperangan karena..... ah menarik pokoknya.

Aku sangat suka terhadap agen elit di PDII seperti US'B Ranger, Waffen SS, SAS (Special Air Service), Royal Navy, Commando regiment, atau yang akan dibahas khusus dalam blog ini, US'Big Red One. Tidak banyak buku yang mengulas secara detail semua agen itu dalam bahasa Indonesia. Tetapi orang luar negeri banyak yang mendeskripsikan tentang hal yang seperti ini. Makanya blog ini akan menyalurkan pikiran orang luar-negeri itu ke orang Indonesia.

Selasa, 01 Desember 2009

blog baru

reitama blognya baruuu ...